Selasa, 25 Desember 2012

DIKSI

Kemahiran memilih kata hanya dimungkinkan bila seseorang menguasai kosakata yang cukup luas.

Diksi atau pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna serumpun.

Diksi atau pilihan kata menyangkut kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat dan cocok untuk situasi tertentu.

Sumber diksi adalah KAMUS dan TESAURUS


Syarat Ketepatan Diksi

Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi

Contoh :
(1)     Bunga edelwise hanya tumbuh di tempat yang
tinggi (gunung).

(2)     Jika bunga bank tinggi, orang enggan mengambil
kredit bank.

Dapat membedakan kata-kata yang hamper bersinonim.

Contoh :
(1)   Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha ?

(2)   Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan yang selama ini memberatkan pengusaha.

Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak.

Contoh :
keadilan, kebahagiaan, keluhuran,
kebajikan, kebijakan, kebijaksanaan


Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat

Pasangan yang salah
Pasangan yang benar

    antara ….  dengan ….
    tidak ….  melainkan ….
    baik ….  ataupun ….
    bukan ….  tetapi ….


    antara ….   dan ….
    tidak ….   tetapi ….
    baik ….   maupun ….
    bukan ….   melainkan….


Dapat membedakan antara kata-kata yang umum dan kata-kata yang khusus.

Contoh :
Kata umum : melihat
Kata khusus :  melotot, membelalak, melirik, mengerling, mengintai, mengintip, memandang, menatap, mengawasi, dll.

Kata Populer dan Kata Ilmiah

Contoh :
Kata Populer            Kata Ilmiah
sesuai                        harmonis
aneh                          eksentrik
kesimpulan                 konklusi
kiasan                        analogi
kolot                          konservatif
rasa kecewa               frustrasi
penduduk                  populasi
contoh                       sampel
penilaian                    evaluasi
pembaruan                 inovasi


Gaya Bahasa

Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering
juga disebut majas adalah cara penutur
mengungkapkan maksudnya.

Contohnya :
Eufimisme, litotes, metafora, personifikasi, dll.

Sebelum menampilkan gaya tertentu, ada enam factor yang mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan komunikannya, yaitu
  • Cara dan media komunikasi : lisan atau tulis, langsung atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik.
  •  Bidang ilmu : filsafat, sastra, hokum, teknik, kedokteran, dll.
  • Situasi : resmi, tidak resmi, setengah resmi.
  • Ruang atau konteks :  seminar, kuliah, ceramah, pidato
  • Khalayak :  dibedakan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.
  • Tujuan :  membangkitkan emosi, diplomasi, humor,dll.

 Idiom dan Ungkapan Idiomatik

Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari unsure-unsurnya (Moeliono, 1984:177). Menurut Badudu (1989:47). “… idiom adalah bahasa yang teradatkan …”. Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Contoh :
Gulung tikar, adu domba, muka tembok, dll.

Ungkapan idiomatic adalah pasangan kata yang selalu muncul bersama sebagai frasa.
Contoh :
Berawal dari                    disebabkan oleh                        sesuai dengan
Berdasarkan pada            sehubungan dengan                   berkenaan dengan
Dibacakan oleh                terdiri atas / dari                        tergantung pada

Kata Baku dan Kata Nonbaku
Kata baku adalah kata yang mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditentukan atau dilazimkan, sedangkan kata nonbaku sebaliknya.
Kata Baku                       Kata Nonbaku
kemarin                           kemaren
tradisional                       tradisionil
khawatir                          kuatir
lelah                                capek


Prinsip umumnya, kata-kata baku lebih diutamakan di dalam membuat sebuah karangan, bahkan untuk karangan fiksi sekalipun. Kata-kata nonbaku kadang juga bisa dipilih untuk mencari efek tertentu, misalnya untuk menghidupkan dialog (di dalam cerpen, skenario, atau kutipan langsung), menyindir (pemakaian bahasa seorang pejabat), menyesuaikan dengan ragam bahasa kalangan tertentu (misalnya kalangan remaja, waria, atau kelas sosial tertentu).

Nilai Rasa dan Nilai Sosial Kata
Beberapa kata mungkin mengandung nilai rasa tertentu, menyangkut tinggi-rendah penilaian yang kita berikat atas maknanya. Kata gerombolan, misalnya, memiliki nilai rasa (konotasi) yang kurang menyenangkan, terkesan negatif dalam tangkapan pembaca/pendengarnya. Kata wafat, misalnya, berbeda nilai rasanya dengan mati, apalagi tewas dan modar. Kata-kata tertentu mungkin pula bersinggungan dengan nilai-nilai kesopanan dan kepercayaan tertentu. Kata gugur, misalnya, hanya digunakan untuk kalangan tertentu seperti pahlawan dan prajurit yang mengorbankan nyawa di medan perang. Kata ganti kamu berbeda nilai sosialnya dengan Anda atau Saudara. Begitu pula kata bini dan istri. Dengan demikian, ketepatan dalam memilih kata perlu pula disertai dengan kepekaan yang menyangkut nilai rasa dan nilai sosial kata.
Sumber : materi ini diambil dari berbagai sumber

Rabu, 21 Maret 2012

PENALARAN

Berpikir / Bernalar sebagai Proses Berbahasa

Berbahasa identik dengan berpikir. Jadi sebelum berbahasa, kita harus berpikir. Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan / pengetahuan yang dapat bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitasberpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi.

Penalaran adalah suatu proses berpikir yang logis dengan berusaha menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fakta adalah kenyataan yang dapat diukur dandikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan yang menggunakan panca indera,melihat, mendengar, membaui, meraba dan merasa. Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung, mengukur, menaksir, memberikan ciri-ciri, mengklasifikasikan dan menghubung-hubungkan.
Flowchart: Alternate Process: Penalaran adalah suatu proses berpikir yang logis degan berusaha menghubung hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan. 


 Proposisi

Dalam proses penalaran, kita menghubungkan fakta-fakta.hubungan itu diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat pernyataan / kalimat berita. Kalimat yang berisi pernyataan tentang hubungan fakta-fakta itu disebut proposisi. Pernyataan dapat benar dan salah, jadi proposisi dapat dibatasi sebagai kalimat yang mengandung pernyataan tentang hubungan fakta-fakta yang dapat dinilai benar dan salah. Dalam berpikir proposisi, yaitu merupakan unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna.

Perhatikan sifat dapat dinilai benar atau salah, itu berarti bahwa proposisi selalu merupakan kalimat pernyataan / berita; sebab kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan tidak dapat dinilai benar atau salah.

Contoh :
  1. Bahasa adalah sarana penalaran
  2. Sifat kuantitatif matematika meningkatkan daya prediksi ilmu.
  3. Semua makhluk hidup pasti akan mati.
  4. Kota Bandung hancur dalam Perang Dunia Kedua karena bom atom.
  5. Beberapa orang Indonesia memiliki kekayaan yang berlimpah-limpah.
  6. Semua gajah telah punah tahun 1980.
  7. Semoga saja penelitian ini berhasil
  8. Bagaimana peranan bahasa dalam  proses penalaran ?

Dalam penalaran, proposisi disebut juga premis. Jika dibandingkan dengan sebuah bangunan, premis itu adalah batu, pasir, dan semen sedangkan penalaran adalah arsitekturnya. Dengan menggunakan batu, pasir, semen, serta arsitekturnya yang baik akan menghasilkan bangunan yang baik pula. Demikian juga dalam penalaran; dengan menggunakan premis dan penalaran yang baik akan menghasilkan kesimpulan yang benar.

Jenis-jenis Proposisi

Proposisi dapat dipandang dari empat kriteria, yaitu :
1.      Berdasarkan bentuknya
v      Proposisi tunggal
Contoh :  Semua petani harus bekerja keras.

v      Proposisi majemuk
Contoh :  Semua petani harus bekerja keras dan hemat.

2.      Berdasarkan sifatnya
v      Proposisi kategorial (hubungan antara S dan P terjadi dengan tanpa syarat)
Contoh :  Semua bemo beroda tiga
                Sebagian bintang tidak berekor

v      Proposisi kondisional ( hubungan antara S dan P terjadi dengan suatu syarat tertentu )
Contoh :  Jika air tidak ada, manusia akan kehausan.
                     anteseden                 konsekuen

3.      Berdasarkan kualitasnya
v      Proposisi positif (afirmatif)
Contoh :  Semua dokter adalah orang pintar.

v      Proposisi negative
Contoh :  Semua harimau bukanlah singa.

4.      Berdasarkan kuantitasnya
v      Proposisi universal (umum)
Contoh :  Semua dokter adalah orang pintar

v      Proposisi khusus
Pada proposisi khusus, P proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh :  Sebagian mahasiswa gemar olahraga
                Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.


PENALARAN DEDUKTIF

Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Penarikan simpulan secara deduktif dapat dilakukan dengan menggunakan silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi yang ketiga. Kedua proposisi yg pertama disebut juga premis.
Batasan tersebut berlaku baik untuk silogisme kategorial, maupun untuk silogisme hipotesis dan alternative.

Silogisme Kategorial

Yang dimaksud silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh :
Premis mayor   : Semua manusia bijaksana
Premis minor    : Semua polisi adalah manusia
Simpulan          : Semua polisi bijaksana

Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut :
1)           Silogisme harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor, term minor, dan term penengah.
2)           Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu : premis mayor, premis minor, dan simpulan.
3)           Dua premis negative tidak dapat menghasilkan simpulan.
4)           Bila salah satu premisnya negative, maka simpulan pasti negative.
5)           Dari premis yang positif akan dihasilkan simpulan yang positif.
6)           Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7)           Bila salah satu premisnya khusus, maka simpulan akan bersifat khusus.


Silogisme Hipotesis

Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi  kondisional hipotesis.
Contoh :
Premis mayor   : Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Premis minor    : Besi dipanaskan.
Simpulan          : Besi akan memuai.

Premis mayor   : Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.
Premis minor    : Besi tidak dipanaskan.
Simpulan          : Besi tidak akan memuai.


Silogisme Alternatif

Silogisme alternative adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternative.
Contoh :
Premis mayor   : Dia adalah seorang kiai atau profesor
Premis minor    : Dia seorang profesor
Simpulan          : Dia bukan seorang kiai.

Premis mayor   : Dia adalah seorang kiai atau profesor
Premis minor    : Dia seorang kiai
Simpulan          : Dia bukan seorang professor.


Entimem

Entimem adalah bentuk silogisme yang tidak memiliki premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh :
Premis mayor   : Semua sarjana adalah orang cerdas
Premis minor    : Donny adalah seorang sarjana
Simpulan          : Donny adalah orang cerdas.
Entimem           : Donny adalah orang cerdas karena Donny seorang sarjana.


Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, simpulan yang diperoleh tidak lebih khusus dari pada pernyataan.


Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut :
1)     Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh :
Jika dipanaskan besi memuai
Jika dipanaskan tembaga memuai
Jika dipanaskan emas memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.

2)     Analogi
Analogi adalah cara penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh :
Nina adalah lulusan akademi A
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik
Ali adalah lulusan akademi A
Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

3)     Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah adalah sebagai berikut :
v      Sebab – Akibat
Sebab-akibat berpola A menyebabkan B. di samping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.

v      Akibat-Sebab
Akibat-sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.

v      Akibat-Akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulakan pada suatu “akibat” yang lain.


SALAH NALAR

Gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut salah nalar. Salah nalar ini disebabkan oleh ketidaktepatan orang mengikuti tata cara pikirannya.
Salah nalar ada beberapa macam, yaitu :
1)     Deduksi yang salah.
Salah nalar yang disebabkan oleh deduksi yang salah merupakan salah nalar yang terjadi karena orang salah mengambil simpulan dari suatu silogisme dengan diawali oleh premis yang salah atau tidak memenuhi syarat.
Contoh :
Pak Ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah karena dia miskin.
Dia pasti cepat mati karena menderita penyakit jantung.

2)     Generalisasi terlalu luas
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh :
Gadis Bandung cantik-cantik.
Orang Makassar pandai berdayung.

3)     Analogi yang salah
Salah nalar dapat terjadi apabila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain.
Contoh :
Pada hari senin, langit di sebelah barat menghitam, angina bertiup kencang, dan tidak lama kemudian turun hujan.

Minggu, 15 Januari 2012

KUTIPAN DAN CATATAN KAKI


KUTIPAN

1.      Kutipan Disertai Catatan Kaki

Kutipan adalah salinan kalimat, paragraph, atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan orang terkenal karena keahliannya, baik yang terdapat dalam buku, jurnal, maupun terbitan lain. Kutipan ditulis untuk menegaskan isi uraian, memperkuat pembuktian, dan kejujuran menggunakan sumber penulisan.

Fungsi catatan kaki yaitu :
·        Menunjukkan kualitas ilmiah yang lebih tinggi.
·        Menunjukkan kecermatan yang lebih akurat.
·        Memudahkan penilaian penggunaan sumber data.
·        Memudahkan pembeda data pustaka dan keterangan tambahan.
·        Mencegah pengulangan penulisan data pustaka.
·        Meningkatkan estetika penulisan.
·        Memudahkan peninjauan kembali penggunaan referensi
·        Memudahkan penyuntingan naskah yang terkait dengan data pustaka.

Jenis kutipan ada dua macam :
1)       Kutipan Langsung ; salinan yang persis sama dengan sumbernya tanpa perubahan.
Kutipan langsung kurang dari lima baris ditulis berintegrasi dalam teks, spasi sama, pias (margin) jugasama, diapit tanda petik, dan pada akhir kutipan diberi nomor untuk catatan kaki.

Contoh kutipan kurang dari lima baris :
  Dalam Pedoman Ejaan yang Disempurnakan disebutkan bahwa ”unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan  kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan  agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.”¹


¹Dendy Sugono (penangg. Jwb), Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2004), hlm. 23


Kutipan langsung lima baris ke atas ditulis terpisah dari teks, spasi rapat (satu spasi), margin kiri masuk ke dalam teks lima spasi, dari margin kanan tiga spasi, dan pada akhir kutipan diberi nomor catatan kaki.
Contoh kutipan langsung lima baris ke atas :
        Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia disebutkan bahwa :

Ragam bahasa standar memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan   
aturan yang tetap. Baku  atau standart tidak dapat berubah setiap saat. 
Kaidah pembentukan kata yang menerbitkan perasa dan perumus dengan taat 
asas harus menghasilkan bentuk perajin dan perusak dan bukan  
pengrajin atau pengrusak

       Ketaatasasan ragam baku ini dalam penulisan ilmiah perlu dilaksanakan secara konsisten sehingga menghasilkan 
       ekspresi pemikiran yang objektif.

      ²Moeliono, Anton M. (ed), Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 13


1)       Kutipan tidak langsung, menyadur, mengambil ide dari suatu sumber dan menuliskannya sendiri dengan kalimat atau bahasa sendiri.
Cara menyadur ada dua macam, masing-masing berbeda cara, tujuan dan manfaatnya.
-  cara pertama meringkas, yaitu menyajikan suatu karangan atau bagian karangan yang panjang dalam bentuk ringkas. Meringkas bertujuan untuk mengembangkan ekspresi penulisan, menghemat kata, memudahkan pemahaman naskah asli, dan memperkuat pembuktian.

-         cara kedua ikhtisar, yaitu menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk ringkas, bertolak dari naskah asli, tetapi tidak mempertahankan urutan, tidak menyajikan keseluruhan isi, langsung kepada inti bahasan yang terkait dengan masalah yang hendak dipecahkan.

2.      Kutipan Tanpa Catatan Kaki

Artikel dan makalah pendek (kurang dari 10) yang tidak menggunakan catatan kaki dapat menggunakan data pustaka dalam teks. Perhatikan contoh berikut !
Data pustaka pada awal kutipan
       Hatch dan Gardner (dalam Daniel Goleman, Inteligence Emotional, 2002:166) mengidentifikasi kecerdasan antar pribadi berdasarkan keterampilan esensial dalam ...

Data pustaka pada akhir kutipan
..... Sedangkan kecerdasan intrapribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri sendiri serta kemampuan menggunakan model untuk menempuh kehidupan yang efektif. (Howard Gardner, Multiple Inteligence, dalam Daniel Goleman, Inteligence Emotional, 2002: 52)

Selasa, 10 Januari 2012

TOPIK, TEMA, DAN KERANGKA KARANGAN


Selama ini, jika seseorang akan mengarang, biasanya yang pertama kali ditentukan adalah tema. Tema sering dianggap orang sebagai sesuatu yang paling sentral dan sakral dalam urusan karang-mengarang, sedangkan topik dianggap tidak sesakral tema, dan pada umumnya dibicarakan kemudian.

Topik & Judul

Topik berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan. Topik karangan adalah suatu hal yang akan digarap menjadi karangan. Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan Masalah apa yang akan ditulis ? atau Hendak menulis tentang apa ?

Adapun judul karangan pada dasarnya adalah perincian atau penjabaran topik. Jika dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas.

Dalam penggarapan karangan ilmiah, misalnya skripsi, judul memang ditetapkan pada awal proses penulisan, yaitu pada waktu pengajuan outline. Namun, perlu diketahui bahwa proses pembuatan judul itu sebenarnya tetap berawal dari pemilihan topik. Dalam hal ini, disiplin ilmu, jurusan, bidang spesifikasi/kajian yang diambil oleh mahasiswa penyusun skripsi itulah yang menjadi topik skripsinya. Pada jenis karangan lain seperti artikel sederhana, judul dapat dibuat sesudah karangan selesai.
Perhatikan contoh topik dan judul berikut ini.

TOPIK
JUDUL

1.   Pertandingan Sepak Bola PSMS Melawan Persib

1a.  Mampukah Ayam Kinantan Meredam    Maung Bandung ?

1b.  PSMS dan Persib akan Menggoyang Stadion Senayan

1c.  Ini Dia, Dua Musuh Bebuyutan (PSMS vs PERSIB) Adu Kekuatan di Senayan.


2.   Putus Sekolah

1a.  Kiat Menekan Tingginya Angka Putus Sekolah

1b.  Tingginya Angka Putus Sekolah Merupakan Problema Pendidikan.

1c.  Masalah Tingginya Angka Putus Sekolah, PR Bagi Ahli Pendidikan




Jika memilih topik, tentu saja masalah yang dipilih adalah yang menarik perhatian penulis. Tidak jarang permasalahan yang dipilih itu masih bersifat umum dan terlalu luas. Sebelum mengangkat sesuatu menjadi topik dalam tulisan,pengarang harus benar-benar mengetahui pokok persoalannya. Agar pembicaraan pengarang tidak melebar, hendaknya topik dipersempit atau dibatasi sesuai dengan rencana dan maksud pengarang. (c.f. Rahmat, 1999 : 21 – 23)

Tema

Tema berarti pokok pemikiran. Ide atau gagasan tertentu yang akan disampaikan oleh penulis dalam karangannya disebut tema karangan. Penetapan tema sebelum mulai mengarang sangatlah penting untuk pedoman menulis secara teratur dan jelas sehingga isi karangan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan.

Tema dapat juga diartikan sebagai pengungkapan maksud dan tujuan. Tujuan yang dirumuskan secara singkat dan wujudnya berupa satu kalimat, disebut tesis. Tesis juga dapat diartikan sebagai pernyataan singkat tentang tujuan penulisan. Berbeda dengan tesis, rumusan tema boleh lebih dari satu kalimat, asalkan seluruh kalimat bersama-sama mengungkapkan satu ide (ide karangan). Perhatikan contoh di bawah ini :

Topik               : Cara Mengemukakan Pendapat yang Efektif
Tesis/tujuan      : Membekali pembaca tentang cara mengemukakan pendapat secara      logis dan sistematis dengan menggunakan bahasa yang tepat dan pas.

Berdasarkan uraian di atas, contoh berikut akan memperjelas kedudukan tema dalam suatu kerangka karangan.

Topik               : Kemacetan Lalu Lintas
Subtopik          : Upaya Mengatasi Kemacetan Lalu-lintas
Judul                 : (dapat dirancang sesuai dengan selera penulisnya berdasarkan topik di atas), misalnya :
(1)    Macet Lagi, Macet Lagi, ... Pusing !
(2)    Lalu Lintas Macet, Penyakit Modernisasi
(3)    Kemacetan Lalu Lintas Dapat Memicu Stress
Tema              : Upaya mengatasi kemacetan lalu lintas bukalah semata-mata menjadi tanggung jawab aparat kepolisian, melainkan juga menjadi tanggung jawab seluruh warga masyarakat pemakai jalan. Permasalahan lalu lintas tidak mungkin dapat dipecahkan tanpa bantuan semua pihak yang terkait. Dalam hal ini yang paling diperlukan adalah kesadaran berlalu lintas secara baik, teratur, sopan, dan bertanggung jawab.


Kerangka (Outline) Karangan

Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Fungsi utama kerangka karangan adalah mengatur hubungan antara gagasan-gagasan yang ada. Melalui kerangka karangan, pengarang dapat melihat kekuatan dan kelemahan dalam perencanaan karangannya. Dengan cara ini pengarang dapat mengadakan penyesuaian sebelum menulis (bandingkan dengan blue print atau cetak biru pembangunan gedung)
Secara terinci kerangka karangan dapat membantu pengarang/penulis dalam hal-hal sebagai berikut.
1.  Kerangka karangan  akan mempermudah pengarang menuliskan karangannya dan dapat mencegah pengarang mengolah suatu ide sampai dua kali, serta mencegah pengarang keluar dari sasaran yang sudah ditetapkan.
2.    Kerangka karangan akan membantu pengarang mengatur atau menempatkan klimaks yang berbeda-beda di dalam karangannya.
3.      Bila kerangka karangan telah rapi tersusun, berarti separuh karangan telah selesaikarena semua ide telah dikumpul, dirinci, dan diruntun dengan teratur. Pengarang tinggal menyusun kalimat-kalimatnya saja untuk ”membunyikan” ide dan gagasannya.
4.  Kerangka karangan merupakan miniatur dari keseluruhan karangan. Melalui kerangka karangan, pembaca dapat melihat intisari ide serta struktur suatu karangan.

Bentuk Kerangka Karangan

Kerangka karangan ada dua macam, yaitu kerangka topik dan kerangka kalimat. Dalam praktik pemakaian, yang banyak dipakai adalah kerangka topik.

Isi kerangka topik terdiri atas kata, frasa, dan klausa yang didahului tanda-tanda yang sudah lazim untuk menyatakan hubungan antargagasan. Tanda baca akhir (titik) tidak diperlukan karena tidak dipakainya kalimat lengkap.

Kerangka kalimat lebih bersifat resmi, dan isinya berupa kalimat lengkap. Pemakaian kalimat lengkap menunjukkan diperlukannya pemikiran yang lebih luas dari pada yang dituntut dalam kerangka topik. Tanda baca titik harus dipakai di akhir setiap kalimat yang dipakai untuk menuliskan judul bab dan subbab.


Pola Penyusunan Kerangka Karangan

Ada dua pola terpenting yang lazim dipakai untuk menyusun kerangka karangan, yaitu :
1.      Pola alamiah
Penyusunan kerangka karangan yang berpola alamiah berdimensi ruang dan waktu. Oleh karena itu, urutan unit-unit dalam kerangka pola alamiah dapat dibagi dua, yaitu (a) urutan ruang, dan (b) urutan waktu. Yang dimaksud dengan urutan ruang adalah pola penguraian yang menggambarkan keadaan suatu ruang: dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, dan seterusnya; sedangkan urutan waktu adalah penguraian berdasarkan uruta kejadian suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa secara kronologis.

2.      Pola Logis
Pola logis memakai pendekatan berdasarkan cara berpikir manusia. Cara berpikir ada beberapa macam dan pendekatannya berbeda-beda bergantung pada sudut pandang dan tanggapan penulis terhadap topik yang akan ditulis. Itu sebabnya dalam kerangka pola logis timbul variasi penempatan unit-unit. Adapun macam-macam urutan logis adalah klimaks-antiklimaks, sebab-akibat, pemecahan masalah, dan umum-khusus.


Disalin dari :
Buku          : Komposisi Bahasa Indonesia
Pengarang   : Lamudin Finoza