Selasa, 25 Desember 2012

DIKSI

Kemahiran memilih kata hanya dimungkinkan bila seseorang menguasai kosakata yang cukup luas.

Diksi atau pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna serumpun.

Diksi atau pilihan kata menyangkut kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat dan cocok untuk situasi tertentu.

Sumber diksi adalah KAMUS dan TESAURUS


Syarat Ketepatan Diksi

Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi

Contoh :
(1)     Bunga edelwise hanya tumbuh di tempat yang
tinggi (gunung).

(2)     Jika bunga bank tinggi, orang enggan mengambil
kredit bank.

Dapat membedakan kata-kata yang hamper bersinonim.

Contoh :
(1)   Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha ?

(2)   Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan yang selama ini memberatkan pengusaha.

Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak.

Contoh :
keadilan, kebahagiaan, keluhuran,
kebajikan, kebijakan, kebijaksanaan


Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat

Pasangan yang salah
Pasangan yang benar

    antara ….  dengan ….
    tidak ….  melainkan ….
    baik ….  ataupun ….
    bukan ….  tetapi ….


    antara ….   dan ….
    tidak ….   tetapi ….
    baik ….   maupun ….
    bukan ….   melainkan….


Dapat membedakan antara kata-kata yang umum dan kata-kata yang khusus.

Contoh :
Kata umum : melihat
Kata khusus :  melotot, membelalak, melirik, mengerling, mengintai, mengintip, memandang, menatap, mengawasi, dll.

Kata Populer dan Kata Ilmiah

Contoh :
Kata Populer            Kata Ilmiah
sesuai                        harmonis
aneh                          eksentrik
kesimpulan                 konklusi
kiasan                        analogi
kolot                          konservatif
rasa kecewa               frustrasi
penduduk                  populasi
contoh                       sampel
penilaian                    evaluasi
pembaruan                 inovasi


Gaya Bahasa

Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering
juga disebut majas adalah cara penutur
mengungkapkan maksudnya.

Contohnya :
Eufimisme, litotes, metafora, personifikasi, dll.

Sebelum menampilkan gaya tertentu, ada enam factor yang mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan komunikannya, yaitu
  • Cara dan media komunikasi : lisan atau tulis, langsung atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik.
  •  Bidang ilmu : filsafat, sastra, hokum, teknik, kedokteran, dll.
  • Situasi : resmi, tidak resmi, setengah resmi.
  • Ruang atau konteks :  seminar, kuliah, ceramah, pidato
  • Khalayak :  dibedakan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.
  • Tujuan :  membangkitkan emosi, diplomasi, humor,dll.

 Idiom dan Ungkapan Idiomatik

Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari unsure-unsurnya (Moeliono, 1984:177). Menurut Badudu (1989:47). “… idiom adalah bahasa yang teradatkan …”. Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Contoh :
Gulung tikar, adu domba, muka tembok, dll.

Ungkapan idiomatic adalah pasangan kata yang selalu muncul bersama sebagai frasa.
Contoh :
Berawal dari                    disebabkan oleh                        sesuai dengan
Berdasarkan pada            sehubungan dengan                   berkenaan dengan
Dibacakan oleh                terdiri atas / dari                        tergantung pada

Kata Baku dan Kata Nonbaku
Kata baku adalah kata yang mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditentukan atau dilazimkan, sedangkan kata nonbaku sebaliknya.
Kata Baku                       Kata Nonbaku
kemarin                           kemaren
tradisional                       tradisionil
khawatir                          kuatir
lelah                                capek


Prinsip umumnya, kata-kata baku lebih diutamakan di dalam membuat sebuah karangan, bahkan untuk karangan fiksi sekalipun. Kata-kata nonbaku kadang juga bisa dipilih untuk mencari efek tertentu, misalnya untuk menghidupkan dialog (di dalam cerpen, skenario, atau kutipan langsung), menyindir (pemakaian bahasa seorang pejabat), menyesuaikan dengan ragam bahasa kalangan tertentu (misalnya kalangan remaja, waria, atau kelas sosial tertentu).

Nilai Rasa dan Nilai Sosial Kata
Beberapa kata mungkin mengandung nilai rasa tertentu, menyangkut tinggi-rendah penilaian yang kita berikat atas maknanya. Kata gerombolan, misalnya, memiliki nilai rasa (konotasi) yang kurang menyenangkan, terkesan negatif dalam tangkapan pembaca/pendengarnya. Kata wafat, misalnya, berbeda nilai rasanya dengan mati, apalagi tewas dan modar. Kata-kata tertentu mungkin pula bersinggungan dengan nilai-nilai kesopanan dan kepercayaan tertentu. Kata gugur, misalnya, hanya digunakan untuk kalangan tertentu seperti pahlawan dan prajurit yang mengorbankan nyawa di medan perang. Kata ganti kamu berbeda nilai sosialnya dengan Anda atau Saudara. Begitu pula kata bini dan istri. Dengan demikian, ketepatan dalam memilih kata perlu pula disertai dengan kepekaan yang menyangkut nilai rasa dan nilai sosial kata.
Sumber : materi ini diambil dari berbagai sumber