Berpikir / Bernalar sebagai Proses
Berbahasa
Berbahasa identik dengan berpikir. Jadi sebelum berbahasa, kita harus
berpikir. Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh
kesimpulan / pengetahuan yang dapat bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar
akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala
aktivitasberpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip
penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka
emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusia bersikap
objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi.
Penalaran adalah suatu proses berpikir yang logis dengan berusaha
menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fakta adalah
kenyataan yang dapat diukur dandikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus
mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatan,
yaitu kegiatan yang menggunakan panca indera,melihat, mendengar, membaui,
meraba dan merasa. Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung, mengukur,
menaksir, memberikan ciri-ciri, mengklasifikasikan dan menghubung-hubungkan.
Proposisi
Dalam proses penalaran, kita menghubungkan fakta-fakta.hubungan itu
diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat pernyataan / kalimat berita. Kalimat
yang berisi pernyataan tentang hubungan fakta-fakta itu disebut proposisi.
Pernyataan dapat benar dan salah, jadi proposisi dapat dibatasi sebagai kalimat
yang mengandung pernyataan tentang hubungan fakta-fakta yang dapat dinilai
benar dan salah. Dalam berpikir proposisi, yaitu merupakan unit terkecil dari
pemikiran yang mengandung maksud sempurna.
Perhatikan sifat dapat dinilai benar
atau salah, itu berarti bahwa proposisi selalu merupakan kalimat pernyataan
/ berita; sebab kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan tidak dapat
dinilai benar atau salah.
Contoh :
- Bahasa adalah sarana penalaran
- Sifat kuantitatif matematika meningkatkan daya prediksi ilmu.
- Semua makhluk hidup pasti akan mati.
- Kota Bandung hancur dalam Perang Dunia Kedua karena bom atom.
- Beberapa orang Indonesia memiliki kekayaan yang berlimpah-limpah.
- Semua gajah telah punah tahun 1980.
- Semoga saja penelitian ini berhasil
- Bagaimana peranan bahasa dalam proses penalaran ?
Dalam penalaran, proposisi disebut juga premis. Jika dibandingkan dengan
sebuah bangunan, premis itu adalah batu, pasir, dan semen sedangkan penalaran
adalah arsitekturnya. Dengan menggunakan batu, pasir, semen, serta
arsitekturnya yang baik akan menghasilkan bangunan yang baik pula. Demikian
juga dalam penalaran; dengan menggunakan premis dan penalaran yang baik akan
menghasilkan kesimpulan yang benar.
Jenis-jenis Proposisi
Proposisi dapat dipandang dari empat kriteria, yaitu :
1.
Berdasarkan bentuknya
v
Proposisi tunggal
Contoh :
Semua petani harus bekerja keras.
v
Proposisi majemuk
Contoh :
Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
2.
Berdasarkan sifatnya
v
Proposisi
kategorial (hubungan antara S dan P terjadi dengan tanpa syarat)
Contoh :
Semua bemo beroda tiga
Sebagian bintang tidak berekor
v
Proposisi
kondisional ( hubungan antara S dan P terjadi dengan suatu syarat tertentu )
Contoh : Jika
air tidak ada, manusia akan kehausan.
anteseden konsekuen
3.
Berdasarkan kualitasnya
v
Proposisi positif (afirmatif)
Contoh :
Semua dokter adalah orang pintar.
v
Proposisi negative
Contoh :
Semua harimau bukanlah singa.
4.
Berdasarkan kuantitasnya
v
Proposisi universal (umum)
Contoh :
Semua dokter adalah orang pintar
v
Proposisi khusus
Pada proposisi khusus, P proposisi hanya
membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh :
Sebagian mahasiswa gemar olahraga
Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.
PENALARAN
DEDUKTIF
Penalaran deduktif bertolak dari
sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang
lebih umum. Penarikan simpulan secara deduktif dapat dilakukan dengan
menggunakan silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk
proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang
berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan
proposisi yang ketiga. Kedua
proposisi yg pertama disebut juga premis.
Batasan tersebut berlaku baik untuk silogisme kategorial, maupun untuk
silogisme hipotesis dan alternative.
Silogisme
Kategorial
Yang dimaksud silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga
proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan
simpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis
mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat.
Subjek simpulan disebut term minor
dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh :
Premis mayor : Semua manusia bijaksana
Premis minor : Semua polisi adalah
manusia
Simpulan : Semua polisi
bijaksana
Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut :
1)
Silogisme harus terdiri atas tiga term, yaitu term
mayor, term minor, dan term penengah.
2)
Silogisme
terdiri atas tiga proposisi, yaitu : premis mayor, premis minor, dan simpulan.
3)
Dua
premis negative tidak dapat menghasilkan simpulan.
4)
Bila
salah satu premisnya negative, maka simpulan pasti negative.
5)
Dari
premis yang positif akan dihasilkan simpulan yang positif.
6)
Dari
dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7)
Bila
salah satu premisnya khusus, maka simpulan akan bersifat khusus.
Silogisme
Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah
silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis.
Contoh :
Premis mayor : Jika besi dipanaskan,
besi akan memuai.
Premis minor : Besi dipanaskan.
Simpulan : Besi akan memuai.
Premis mayor : Jika besi tidak
dipanaskan, besi tidak akan memuai.
Premis minor : Besi tidak
dipanaskan.
Simpulan : Besi tidak akan
memuai.
Silogisme
Alternatif
Silogisme alternative adalah
silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternative.
Contoh :
Premis mayor : Dia adalah seorang kiai atau profesor
Premis minor : Dia seorang profesor
Simpulan : Dia bukan seorang
kiai.
Premis mayor : Dia adalah seorang
kiai atau profesor
Premis minor : Dia seorang kiai
Simpulan : Dia bukan seorang
professor.
Entimem
Entimem adalah bentuk silogisme yang tidak memiliki premis mayor karena
premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis
minor dan simpulan.
Contoh :
Premis mayor : Semua sarjana adalah
orang cerdas
Premis minor : Donny adalah seorang
sarjana
Simpulan : Donny adalah orang
cerdas.
Entimem : Donny adalah orang
cerdas karena Donny seorang sarjana.
Penalaran
Induktif
Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari
pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan
kata lain, simpulan yang diperoleh tidak lebih khusus dari pada pernyataan.
Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut :
1)
Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang
mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk
mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh :
Jika dipanaskan besi memuai
Jika dipanaskan tembaga memuai
Jika
dipanaskan emas memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
2)
Analogi
Analogi adalah cara penarikan penalaran secara
membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh :
Nina adalah lulusan akademi A
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik
Ali adalah
lulusan akademi A
Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya
dengan baik.
3)
Hubungan Kausal
Hubungan
kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan.dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar
masalah adalah sebagai berikut :
v
Sebab – Akibat
Sebab-akibat berpola A menyebabkan B. di samping
itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya.
Jadi efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari
satu.
v
Akibat-Sebab
Akibat-sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa
seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter merupakan akibat dan sakit merupakan
sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat-sebab
ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.
v
Akibat-Akibat
Akibat-akibat
adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulakan pada
suatu “akibat” yang lain.
SALAH NALAR
Gagasan, pikiran, kepercayaan,
atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut salah nalar. Salah nalar ini disebabkan oleh
ketidaktepatan orang mengikuti tata cara pikirannya.
Salah nalar ada beberapa macam, yaitu :
1)
Deduksi yang salah.
Salah nalar
yang disebabkan oleh deduksi yang salah merupakan salah nalar yang terjadi
karena orang salah mengambil simpulan dari suatu silogisme dengan diawali oleh
premis yang salah atau tidak memenuhi syarat.
Contoh :
Pak Ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah
karena dia miskin.
Dia pasti cepat mati karena menderita penyakit
jantung.
2)
Generalisasi terlalu luas
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah
premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi
itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh :
Gadis Bandung
cantik-cantik.
Orang Makassar pandai berdayung.
3)
Analogi yang salah
Salah nalar dapat terjadi apabila orang
menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu
segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain.
Contoh :
Pada hari senin, langit di sebelah barat
menghitam, angina bertiup kencang, dan tidak lama kemudian turun hujan.