Rabu, 21 Maret 2012

PENALARAN

Berpikir / Bernalar sebagai Proses Berbahasa

Berbahasa identik dengan berpikir. Jadi sebelum berbahasa, kita harus berpikir. Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan / pengetahuan yang dapat bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitasberpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi.

Penalaran adalah suatu proses berpikir yang logis dengan berusaha menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fakta adalah kenyataan yang dapat diukur dandikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan yang menggunakan panca indera,melihat, mendengar, membaui, meraba dan merasa. Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung, mengukur, menaksir, memberikan ciri-ciri, mengklasifikasikan dan menghubung-hubungkan.
Flowchart: Alternate Process: Penalaran adalah suatu proses berpikir yang logis degan berusaha menghubung hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan. 


 Proposisi

Dalam proses penalaran, kita menghubungkan fakta-fakta.hubungan itu diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat pernyataan / kalimat berita. Kalimat yang berisi pernyataan tentang hubungan fakta-fakta itu disebut proposisi. Pernyataan dapat benar dan salah, jadi proposisi dapat dibatasi sebagai kalimat yang mengandung pernyataan tentang hubungan fakta-fakta yang dapat dinilai benar dan salah. Dalam berpikir proposisi, yaitu merupakan unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna.

Perhatikan sifat dapat dinilai benar atau salah, itu berarti bahwa proposisi selalu merupakan kalimat pernyataan / berita; sebab kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan tidak dapat dinilai benar atau salah.

Contoh :
  1. Bahasa adalah sarana penalaran
  2. Sifat kuantitatif matematika meningkatkan daya prediksi ilmu.
  3. Semua makhluk hidup pasti akan mati.
  4. Kota Bandung hancur dalam Perang Dunia Kedua karena bom atom.
  5. Beberapa orang Indonesia memiliki kekayaan yang berlimpah-limpah.
  6. Semua gajah telah punah tahun 1980.
  7. Semoga saja penelitian ini berhasil
  8. Bagaimana peranan bahasa dalam  proses penalaran ?

Dalam penalaran, proposisi disebut juga premis. Jika dibandingkan dengan sebuah bangunan, premis itu adalah batu, pasir, dan semen sedangkan penalaran adalah arsitekturnya. Dengan menggunakan batu, pasir, semen, serta arsitekturnya yang baik akan menghasilkan bangunan yang baik pula. Demikian juga dalam penalaran; dengan menggunakan premis dan penalaran yang baik akan menghasilkan kesimpulan yang benar.

Jenis-jenis Proposisi

Proposisi dapat dipandang dari empat kriteria, yaitu :
1.      Berdasarkan bentuknya
v      Proposisi tunggal
Contoh :  Semua petani harus bekerja keras.

v      Proposisi majemuk
Contoh :  Semua petani harus bekerja keras dan hemat.

2.      Berdasarkan sifatnya
v      Proposisi kategorial (hubungan antara S dan P terjadi dengan tanpa syarat)
Contoh :  Semua bemo beroda tiga
                Sebagian bintang tidak berekor

v      Proposisi kondisional ( hubungan antara S dan P terjadi dengan suatu syarat tertentu )
Contoh :  Jika air tidak ada, manusia akan kehausan.
                     anteseden                 konsekuen

3.      Berdasarkan kualitasnya
v      Proposisi positif (afirmatif)
Contoh :  Semua dokter adalah orang pintar.

v      Proposisi negative
Contoh :  Semua harimau bukanlah singa.

4.      Berdasarkan kuantitasnya
v      Proposisi universal (umum)
Contoh :  Semua dokter adalah orang pintar

v      Proposisi khusus
Pada proposisi khusus, P proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh :  Sebagian mahasiswa gemar olahraga
                Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.


PENALARAN DEDUKTIF

Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Penarikan simpulan secara deduktif dapat dilakukan dengan menggunakan silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi yang ketiga. Kedua proposisi yg pertama disebut juga premis.
Batasan tersebut berlaku baik untuk silogisme kategorial, maupun untuk silogisme hipotesis dan alternative.

Silogisme Kategorial

Yang dimaksud silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh :
Premis mayor   : Semua manusia bijaksana
Premis minor    : Semua polisi adalah manusia
Simpulan          : Semua polisi bijaksana

Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut :
1)           Silogisme harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor, term minor, dan term penengah.
2)           Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu : premis mayor, premis minor, dan simpulan.
3)           Dua premis negative tidak dapat menghasilkan simpulan.
4)           Bila salah satu premisnya negative, maka simpulan pasti negative.
5)           Dari premis yang positif akan dihasilkan simpulan yang positif.
6)           Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7)           Bila salah satu premisnya khusus, maka simpulan akan bersifat khusus.


Silogisme Hipotesis

Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi  kondisional hipotesis.
Contoh :
Premis mayor   : Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Premis minor    : Besi dipanaskan.
Simpulan          : Besi akan memuai.

Premis mayor   : Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.
Premis minor    : Besi tidak dipanaskan.
Simpulan          : Besi tidak akan memuai.


Silogisme Alternatif

Silogisme alternative adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternative.
Contoh :
Premis mayor   : Dia adalah seorang kiai atau profesor
Premis minor    : Dia seorang profesor
Simpulan          : Dia bukan seorang kiai.

Premis mayor   : Dia adalah seorang kiai atau profesor
Premis minor    : Dia seorang kiai
Simpulan          : Dia bukan seorang professor.


Entimem

Entimem adalah bentuk silogisme yang tidak memiliki premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh :
Premis mayor   : Semua sarjana adalah orang cerdas
Premis minor    : Donny adalah seorang sarjana
Simpulan          : Donny adalah orang cerdas.
Entimem           : Donny adalah orang cerdas karena Donny seorang sarjana.


Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, simpulan yang diperoleh tidak lebih khusus dari pada pernyataan.


Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut :
1)     Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh :
Jika dipanaskan besi memuai
Jika dipanaskan tembaga memuai
Jika dipanaskan emas memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.

2)     Analogi
Analogi adalah cara penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh :
Nina adalah lulusan akademi A
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik
Ali adalah lulusan akademi A
Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

3)     Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah adalah sebagai berikut :
v      Sebab – Akibat
Sebab-akibat berpola A menyebabkan B. di samping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.

v      Akibat-Sebab
Akibat-sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.

v      Akibat-Akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulakan pada suatu “akibat” yang lain.


SALAH NALAR

Gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut salah nalar. Salah nalar ini disebabkan oleh ketidaktepatan orang mengikuti tata cara pikirannya.
Salah nalar ada beberapa macam, yaitu :
1)     Deduksi yang salah.
Salah nalar yang disebabkan oleh deduksi yang salah merupakan salah nalar yang terjadi karena orang salah mengambil simpulan dari suatu silogisme dengan diawali oleh premis yang salah atau tidak memenuhi syarat.
Contoh :
Pak Ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah karena dia miskin.
Dia pasti cepat mati karena menderita penyakit jantung.

2)     Generalisasi terlalu luas
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh :
Gadis Bandung cantik-cantik.
Orang Makassar pandai berdayung.

3)     Analogi yang salah
Salah nalar dapat terjadi apabila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain.
Contoh :
Pada hari senin, langit di sebelah barat menghitam, angina bertiup kencang, dan tidak lama kemudian turun hujan.

1 komentar: